Beruang
Madu, Sang Maskot Kota Balikpapan
“ Di Tengah Polemik Penggantian
Maskot dan Rencana Penutupan Enklosur Beruang Madu di Kawasan Wisata dan
Pendidikan Lingkungan Hidup
Kota Balikpapan "
(bagian 1)
Beruang
madu (Helarctos malayanus) sebagai sebuah maskot
Kota Balikpapan saat ini tengah menjadi perbincangan hangat dikalangan
pemerhati konservasi dan lingkungan hidup, terkait dengan berbagai polemik pemberitaan
yang mengabarkan rencana penggantian maskot kota ini dan penutupan Kawasan
Wisata dan Pendidikan Lingkungan Hidup Kota Balikpapan. Pergantian maskot kota
dan penutupan fasilitas tersebut akan berimbas pada rencana relokasi ke enam
beruang madu yang berada dalam KWPLH ke tempat yang masih akan ditentukan
kemudian berdasarkan kajian lebih lanjut. Terkait dengan berbagai pemberitaan
di media tersebut, Seksi Konservasi Wilayah III BKSDA Kalimantan Timur pada
bulan Januari 2013 telah melakukan monitoring satwa liar ini yang merupakan hasil
sitaan dan penyerahan dari masyarakat dan pada saat ini dititipkan di Kawasan Wisata
Pendidikan Lingkungan Hidup (KWPLH) oleh BKSDA Kalimantan Timur.
Beruang-beruang yang dititipkan di KWPLH
merupakan hasil sitaan dan penyerahan dari masyarakat yang berjumlah 6 ekor dan
terdiri atas 1 jenis saja yaitu Beruang Madu (Helarctos malayanus). Jenis ini merupakan jenis beruang
terkecil dari 8 (delapan) jenis keluarga beruang yang ada di dunia. Jenis ini juga satu-satunya jenis yang hidup di daerah
hutan hujan tropis sehingga tidak perlu mengalami hibernasi seperti jenis-jenis
lain yang hidup di daerah sutropis.
Keenam beruang madu ditempatkan dalam sebuah
areal enklosur seluas 1,3 ha dan dipisahkan berdasarkan tingkat agresifitas
masing-masing beruang. Fasilitas enklosur ini hampir mirip dengan ekosistem
hutan, dimana enklosur berupa hutan kecil yang dibatasi oleh pagar-pagar tinggi
beraliran listrik untuk mengamankan
beruang didalamnya. Kondisi didalam enklosur didisain hampir mirip dengan
habitat asli beruang madu dengan beberapa penambahan fasilitas pengkayaan
(enrichment) seperti platform-platform alami dari kayu dan tali-temali untuk
bermain dan tempat makanan beruang.
Berdasarkan jenis kelamin beruang yang ada di enklosur terdiri dari 2
(dua) ekor betina (diberi nama Ana dan Idot) dan 4 (empat) ekor jantan (diberi
nama Haris, Bedu, Batik dan Beni). Sampai dengan saat pelaksanaan monitoring
pada akhir Januari 2013, seekor beruang yang termuda sekaligus paling akhir
dititipkan yaitu Bedu masih ditempatkan dalam kandang terpisah dan hanya digabung
dengan dua beruang lainnya (Ana dan Beni) pada waktu-waktu tertentu saja karena
masih memerlukan waktu penyesuaian diri terhadap lingkungan enklosur dan
beruang-beruang lain yang telah terlebih dahulu dititipkan di KWPLH.
(Posda Greyssa Sitompul/PEH Pelaksana/198310072001122001, diedit oleh Danang Anggoro)
(Posda Greyssa Sitompul/PEH Pelaksana/198310072001122001, diedit oleh Danang Anggoro)
No comments:
Post a Comment